Thursday, December 19, 2013

Browse Manual » Wiring » » » » » » » Poles Kaos Islami Jadi Pencetak Laba

Poles Kaos Islami Jadi Pencetak Laba



Bisnis online kurang menguntungkan? Pengusaha busana distro online Ines Handayani membuktikan sebaliknya. Kendati calon pembeli hanya disuguhi data dan tampilan visual belaka, jika mampu menjaga kepercayaan, pemasaran pun akan lancar dan terbuka.

Jeli dan kreatif, itulah gambaran pemilik bisnis distro (distribution outlet) online muslimdistro.com Ines handayani. Ia jeli melihat peluang pemasaran secara online untuk bisnis busana muslim yang digelutinya.

Ia juga kreatif memoles busana muslim, produk yang dijualnya, dengan nuansa anak muda yang “gaul” dan segar yang cocok dengan cara pemasarannya. Menggabungkan keduanya, Ines sukses menjalankan usaha yang dimulainya bersama sang suami sekitar tiga tahun silam.

Secara umum, bisnis yang digeluti Ines tak banyak berbeda dengan bisnis distro pada umumnya, yakni menyediakan busana dan perlengkapannya. Namun, produk yang diliriknya memang agak berbeda, yakni pakaian muslim yang umumnya dijual secara tradisional.

Tapi uniknya, Ines memilih anak muda sebagai segmen pasarnya sehingga pakaian distro yang ditawarkannya pun berbeda dengan busana muslim pada umumnya yang formal dan cenderung “itu-itu” saja. Ines banyak memilih pakaian jenis T-shirt atau kaos yang umumnya identik dan digandrungi anak muda.

Namun, sesuai ide awalnya, identitas pakaian muslim tetap muncul melalui gambar dan kata-kata yang tercetak pada barang dagangannya itu. “Dari sekian banyak kaos distro,belum ada yang spesifik menargetkan konsumen muslim, artinya kaosnya hanya untuk segmentasi anak muda saja. Nah muslimdistro.com ini adalah diferensiasi dari keadaaan pasar itu,” jelas ibu tiga anak kelahiran Jombang ini.

Ines mengaku memulai bisnisnya dengan modal hanya sekitar Rp24 juta. Dari total modal tersebut, jumlah terbesar digunakannya untuk pengadaan barang, yakni Rp16 juta. Sisanya, Rp8 juta digunakannya untuk menjalankan toko online-nya.

“Running online store itu terdiri dari membuat website, pemotretan studio foto, biaya komunikasi seperti peralatan pengirim pesan pendek (SMS),untuk software-nya, dan lain-lain,” paparnya.

Pemilihan bisnis online, kata Ines, didasari pertimbangan bahwa hal itu akan mendatangkan banyak keuntungan baginya, antara lain tidak harus mengeluarkan biaya untuk membayar sewa tempat dan memungkinkannya menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya murah.

Melalui cara pemasaran online, jelas dia, para pelanggan cukup melakukan pemesanan melalui telepon atau menggunakan aplikasi yang ada di laman miliknya. Setelah order masuk, pihaknya akan menyiapkan barang dan melakukan konfirmasi pembayaran oleh pembeli melalui rekening yang telah disiapkan. “Kalau semua oke, barang akan langsung dikirim,” tuturnya.

Ines mengaku menggunakan jasa ekspedisi untuk mengirim produknya. “Kami menggunakan jasa logistik yang sudah ada seperti pos, tergantung dikirimnya ke mana. Kalau untuk mengirim ke luar negeri pakai jasa kiriman yang tersedia,” kata Ines.

Mengenai biaya pengirimannya, menurut Ines, hal itu dibayarkan oleh pembeli karena harga produk yang dijualnya belum termasuk biaya pengiriman. Satu hal penting yang harus dilakukan sebelum melakukan pengiriman, imbuh Ines, adalah memeriksa barang yang dipesan pelanggan, demi memastikan tidak terjadi cacat produk. Itu penting untuk menjaga kepercayaan para pelanggan atas produk-produknya.

Dalam berbisnis secara online, pembeli hanya bisa menilai barang yang dijual secara visual dan tidak bisa langsung merasakan produk yang diminatinya. Karena itu, tegas Ines, penting untuk menjamin para pembelinya bahwa barang yang dibelinya adalah barang bagus dan sesuai spesifikasi yang disebutkan.

Hal ini menurut dia menjadi tantangan yang terbesar, bagaimana untuk selalu mengedepankan kepercayaan pelanggan-pelanggannya. “Kami akan tanggung 100% uang kembali jika terjadi kerusakan barang.Yang penting adalah kepercayaan,” papar Ines.

Namun, tegas Ines, distribusi secara online juga bukan perkara mudah. Banyak yang harus dilakukan untuk mengenalkan bisnisnya pada calon pelanggan. Antara lain, ia harus sigap membuka jaringan dengan membentuk kemitraan dengan pedagang sejenis, sebut saja moslemchannel yang kini menjadi mitra bisnisnya.

Kendati demikian, menurut dia, saat memulai bisnisnya di bulan Maret tahun 2008, muslimdistro. com langsung mampu menggaet sejumlah pelanggan. Muslimdistro. com, kata dia, bisa menjual hingga 2.000 potong pakaian pada bulan ketiga setelah pendiriannya.

Saat itu, kaos yang ditawarkan Ines dibanderol dengan harga Rp80.000 per potong. Hal ini yang membuat Ines optimistis terhadap bisnis online yang saingannya saat itu sudah cukup banyak, bahkan di antaranya adalah distro-distro yang sudah memiliki nama.

“Menurut kami yang masih trial saat itu, not bad,” tutur Ines sambil tersenyum mengingat awal menjalankan bisnisnya. Menurut Ines, dalam menjalankan bisnis seperti yang dilakoninya, seseorang harus bisa mencari celah untuk memasarkan produknya.

Dia juga harus pandai membaca kapan naikturunnya penjualan dan memanfaatkan momen tersebut sebaik-baiknya. Khusus busana muslim, kata dia, ada siklus tertentu di mana penjualan akan meningkat tajam.

“Dari satu bulan sebelum puasa, biasanya penjualan akan naik, inilah karakteristik bisnis busana muslim,” tuturnya.

Selanjutnya, kata Ines, menjelang akhir tahun hingga awal tahun, biasanya merupakan bulan-bulan sepi. Untuk bulan yang terbilang sepi Ines hanya mampu menjual 100-200 potong pakaian per bulan.

Namun sebaliknya,pada bulan-bulan ramai, Ines mengaku bisa menjualnya 800-1.000 potong pakaian per bulan. Di bulan-bulan ramai itu, kata dia, keuntungan yang diperoleh biasanya 25 persen dari total omzet yang diperolehnya selama setahun.

Menurut Ines, untuk menggenjot penjualan, resep lain juga dipakai. Antara lain, desain baju yang dijual tidak dibikin ulang. Dengan demikian, pelanggan tak akan bosan. Dari sisi kualitas, kata dia, peningkatan juga dilakukan.

Terkait dengan kualitas, Ines mengatakan bahwa hal itu memang memiliki konsekuensi harga jual akan meningkat.Tahun ini misalnya, kaos distro yang dijual Ines mengalami kenaikan hingga menjadi Rp85.000 per potong.

Namun, itu diimbangi dengan pemilihan bahan dan teknik penjahitan yang lebih baik. Lebih lanjut, Ines mengatakan bahwa dalam usaha ini, pihaknya juga harus siap melayani pelanggan eceran maupun grosir. Karena itu, untuk menarik pelanggan Ines membuat sistem diskon harga yang menarik.

Misalnya, pembeli yang memesan tiga potong pakaian mendapatkan potongan harga Rp10.000. Mengenai persaingan, Ines mengaku bahwa hal itu tidak bisa dihindari. Menurut dia, pemain di bisnis distro makin hari kian menjamur.

Namun, dia berharap bisnisnya tetap eksis kendati semakin banyak pesaing di bidang yang sama. Sebagai yang termasuk paling awal terjun ke bisnis kaos distro muslim, Ines cukup percaya diri bahwa bisnisnya telah memiliki basis konsumen dan akan dapat terus berkembang. Kini, Ines sudah mengirim produknya hingga ke daerah Mimika dan Bau-Bau. (cahyo kurnia perdana)(Koran SI/Koran SI/ade)
Sumber : okezone.com 

No comments:

Post a Comment